22 Okt 2008

Cerpen

Tangisan Akhir Tahun,...dan Awal Kedewasaanku?

Malam ini begetu sepi, apakah memang tidak ada hal yang indah yang dapat ku rasakan lagi setelah Rian pergi dari hidupku? Seakan baru saja kemari kami duduk bersama, mengukir semua harapan jika suatu saat nanti kami benar-benar ditakdirkan bersama, bersatu dalam ikatan suami isteri. Tapi semua itu tinggal mimpi bagiku, sejak Rian memutuskan untuk memilih wanita lain yang baru dikenalnya dua minggu yang lalu, rian tega melepaskan tali ikatan yang sudah kami jalin selama empat tahun itu. Begitu tidak adilnya dunia bagiku saat itu, betapa bodohnya aku, selalu mencintai rian yang akhirnya lebih memilih daun muda, anak SMA, gadis belia yang menjadi bunga dihatinya saat itu. Lupakah dia dengan apa yang pernah diucapkan kepadaku, atau dia sudah pikun sehingga dia tidak pernah sadar dengan apa yang telah diputuskan terhadapku, dia memilih gadis itu dari pada aku, atau bersalahkan aku terlalu mempertahankannya?

Sekarang aku baru mengerti, Kalle jamison, the nibble theory pendapatnya tentang sebuah hubungan, dia mengatakan segala macam hubungan antara manusia itu mirip pasir dalam genggamanmu. Jika dia berada pada telapak tangan yang terbuka, pasir itu tetap pada tempatnya. Namun jika kau kempalkan tanganmu erat-erat untuk mempertahankannya, pasir itu akan menyebur melalui sela-sela jemarimu. Mungkin ada yang tersisa dalam tanganmu tapi kebanyakan akan jatuh.pacaran adalah seperti itu, kalau dipertahankan dengan longgar; dengan menghormati; dan membebaskan orang lain, hubungan cinta itu akan tetap utuh tapi jika digenggam terlalu erat, terlalu memiliki, maka hubungan cinta itu akan terlepas dan hilang. Kinipun aku dapat merasakan hal itu, terlalu mencintai dengan berharap akan memiliki menjadikan hubungan kami berakhir dalam waktu sekedip saja.

Lalu kesedihanku berlanjut, tujuh hari setelah aku dan rian memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, aku dapat kabar dari Aceh bahwa kakekku meninggal dunia, hari itu tepatnya 31 desember. Innalilahiwainnailaihiraji’un, hanya itu yang dapat terucap dari bibirku, air matapun tidak dapat aku bendung lagi mengingat lebaran tahun lalu disaat aku pulang ke Aceh kakek mengusulkan supaya aku pindah kuliah ke kesini saja, supaya kamu tidak terlalu jauh dengan orang-orang yang kamu sayangi dan juga menyayangi kamu, itu katanya. Kakek juga menitipkan sebuah gelang dengan harapan tidak pernah terlepas dari tanganku, sebagai ganti kakek melindungi aku dimanapun aku berada, waktu aku sudah kembali kejawa nanti, atau saat beliau sudah tidak ada lagi. Pesan itu yang sangat menyiksa aku disaat aku mendengar kabar kalau kakek sudah pergi untuk selama-lamanya dan aku tidak sempat melihatnya, mungkin dulu sudah tersirat dalam hatinya bahwa tidak akan bertemu dengan ku lagi .

Bertali-tali cobaan datang dalam hidupku akhir tahun lalu, namun aku tetap harus tegar demi orang tua dan keluargaku. Setelah ujian akhir simester berakhir di kampus, hari itu juga aku mengirimkan pesan singkat lewat sms kepada pamanku yang ada di aceh, bahwa aku suda siap untuk pindah kuliah ke aceh, aku tidak ingin setelah kakek akan kehilangan lagi orang-orang yang aku sayangi tanpa ada aku bersamanya. “Bersahabat dekat dengan seseorang itu membutuhkan banyak pengertian, waktu dan rasa percaya. Dengan dekatnya masa hidupku yang tidak pasti, teman-temanku adalah hartaku yang paling berharga(Erynn Miller). Jika Erynn Miller berpandapat demikian, tapi bagiku keluarga adalah nomer satu disamping sahabat yang menjadi harta hidupku, jadi aku ingin menghabiskan waktu bersama keluarga dan para sahabat di daerah asalku, karna itu pindah ke aceh merupakan harapan besarku.

Memutuskan untuk meninggalkan jawa dan semua kehidupan yang sudah aku mulai disana tidaklah mudah, butuh persiapan dan kekuatan untuk menghadapinya. Aku juga meninggalkan Rian disana, meninggalkan semua kenangan dan impian kami. Di jembatan udara bandara soekarno hatta aku mengucapkan selamat tinggal kepada semua hidupku yang pernah berjalan disana karna dulu disitu aku memulai lembar baru yang berakhir kelabu, yang kini tinggal kenangan dalam memory hidupku. Disaat aku sudah kembali ke aceh, ditanah kelahiranku, aku disambut keluarga dan para sahabat yang menantiku, aku seperti menemukan kembali kebahagianku, bertemu mereka aku akan menemukan lagi hak untuk hadir didunia. Tahun ini, 14 April usiaku genap Dua puluh tahun, disini aku harus lebih berhati-hati untuk mengeluarkan kebijakan yang berada dalam suatu pengalamanku yang dulu, tapi aku yakin aku bisa apalagi sekarang aku telah dewasa karna semua cobaan yang telah aku lalui berkat Doa keluarga dan para sahabat serta tawakalku yang selalu kupanjatkan kepada-Nya.

Beranjak DEWASA...

Aku berangkat sekarang untuk membantai awan-

Untuk berjuang dalam pertempuran.

Aku berangkat, Bu, dengarlah aku pergi!

Doakanlah agar aku berhasil.

Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.

Merebut kemenangan dimanapun adanya.

Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis-

Biar kucari jalanku sendiri.

Aku ingin melihat dan menyentuh dan mendengar

Meskipun ada bahaya, ada rasa takut.

Aku akan tersenyum dan menghapus air mata-

Biar kuutarakan pikiranku.

Aku pergi mencari duniaku, cita-citaku,

Memahat tempatku, menjahit kainku,

Ingatlah, saat aku melayari sungaiku-

Aku mencintaimu, disepanjang jalanku

(Brooke Mueller)

Tidak ada komentar: